Postingan

PH- 11

Bangun tidur, tidur Bangun, bolak balik, hanya itu yang dilakukan Dira. "Arghhhh...." teriaknya, sambil mengacak rambutnya, sesekali memukuli kepalanya dengan bantal. "Hei aku kenapa?" Diliriknya jam di dinding, sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Oh tidak, bagaimana ini. Aku harus tidur." Sekali lagi Dira mencoba memejamkan matanya, tapi nihil semuanya sia-sia. "Sebenarnya aku kenapa? Kuharap ini bukan effect karena ciuman dokter Farhan." Karena tidak bisa tidur, Dira memutuskan untuk berselancar didunia maya. Sebuah notife diinstagramnya masuk. Jantungnya dua kali berdetak lebih cepat. Ia melihat di sana disalah satu fotonya Bayu memberikan komentar. Membuat ia kembali teringat dan semakin merindukan pria itu. "@Bayu_By: Maaf Hati Dira mulai resah. "Maaf? Maaf untuk apa Bay?" Dira kembali melihat notife selanjutnya. "@ Bayu : Miss u my best friend Nadi, selamanya kamu sahabatku yang terbaik." Air mata menet

PH-10

Dua bulan sudah Dira melewati hari-harinya di Makassar. Ia sangat menikmati pekerjaanya. Terlebih semua pegawai rumah sakit tempatnya bekerja sangat ramah. Mereka bisa berbaur satu sama lain sekalipun mereka berbeda suku. Kecuali satu orang siapa lagi jika bukan dokter Farhan. Farhan selalu memasang wajah datar dan dingin padanya. Namun, tidak dengan pasien yang ia rawat. Ia selalu tersenyum ramah. Satu lagi yang membuat Dira semakin heran adalah sikap para pegawai rumah sakit dan para suster wanita di sini sangat mengaguminya. "Apa hebatnya menyukai pria dingin seperti Farhan?" Seperti saat ini, jam makan siang biasanya dihabiskan bersama para suster di kantin rumah sakit. Dan lagi-lagi pembahasannya adalah tak lain mengenai dokter Farhan. Tampaknya sang dokter memiliki begitu banyak fans. "Apa hebatnya sih sampai dari pasien, keluarga pasien, perawat, reseiden, koas sampai dokter wanita mengagumi dia. Aku bahkan tidak melihat satupun yang menarik darinya." Cel

PH-09

Dira tiba di Makassar sekitar pukul satu lewat lima belas menit dini hari. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam akhirnya Ia tiba juga di kota yang terkenal julukannya dengan nama kota daeng. Dari Bandara Sultan Hasanuddin makassar, ia langsung menuju hotel. Malam ini ia putuskan untuk menginap di sana. Karena sudah tengah malam, jalanan pun tampak lengang. Taxi yang ia gunakan dengan lancar melaju. Hingga tidak sampai tiga puluh menit ia tiba di hotel. Dira memintanya untuk di antar ke hotel yang dekat dari rumah sakit tempat di mana ia akan bekerja. Begitu tiba di hotel, Dira langsung chek in dan dengan bantuan pelayan hotel ia masuk ke salah satu kamar yang akan ia gunakan. Selembar uang lima puluh ribuan ia berikan kepada pelayan tersebut, sebagai tip atas bantuannya. Karena rasa lelah yang sudah melandanya Dira langsung menyatukan dirinya dengan tempat tidur. Tidak butuh lama, akhirnya ia terlelap. Cuaca pagi kota Makassar terlihat berkabut. Jalanan tampak basah sisa huja